Pages

Subscribe:

Follow Now.......!

Sabtu, 07 Januari 2012

makalah kolesterol

1.1.Latar belakang
Peningkatan kadar kolesterol dalam darah merupakan penyebab utama terjadinya aterosklerosis. Penurunan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan diet, olahraga, maupun dengan obat-obatan hipolipidemia. Harga obat-obatan hipolipidemia yang mahal, menyebabkan tidak seua orang dapat menjangkaunya. Pemakaian obat sintesis sering menimbulkan efek samping dan adanya kontra indikasi terhadap penyakit tertentu yang juga diderita oleh penderita aterosklerosis. Sehingga, tidak semua orang dapat menggunakannya.
Pencarian obat hipolipidemia terutama yang berasal dari alam sangat giat dilakukan. Obat-obatan dari alam ini selain murah dn mudah didapat, juga memiliki efek samping yang kecil sehingga relatif aman jika dibandingkan denga  obat-obatan sintetis. Tumbuhan merupakan sumber senyawa kimia, baik yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui jenisnya. Dimana banyak diantaranyya berpotensi sebagai bahan dasar obat-obatan. Salah satu senyawa inia adalah senyawa turunan xanthon yaitu alfa-mangostin. Dari penulusran pustaka diketahui senyawa alfa-mangostin memiliki aktivitas anti oksidan, anti kanker, anti mikroba, depresan saraf pusat, anti jamur, dan menghambat oksidasi LDL.
Telah dilaporkan bahwa ekstrak murni peicarp Garcinia mangostana (manggis) digunakan sebagai obat menurunkan berat badan. Ekstrak ini mengandung metabolis sekunder senyawa turunan xanthon yaitu alfa-magostin. Orang yang mempunyai kelebihan berat badan cenderung mempunyai kadar kolesterol dan lemak yang tinggi dalam darah dan sering mempunyai kadar HDL yang lebih rendah. Salah satu cara menurunkan berat badan adalah dengan mengurangi penimbunan lemak dalam tubuh yang secara tidak langsung dapat menurunkan keadaan hiperlipoproteinemia.
1.2.Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana efek α-magostin terhadap kadar kolesterol total darah, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL serta penentuan lethal dosis 50 (Ld50)?
1.3.Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek α-magostin terhadap kadar kolesterol total darah, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL serta penentuan lethal dosis 50 (Ld50).
1.4. Manfaat
Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meneliti efek α-magostin terhadap kadar kolesterol total darah, trigliserida, kolesterol HDL, kolesterol LDL serta penentuan lethal dosis 50 (Ld50). Hasil penelitian ini memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.









BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lipid
Lipid merupakan konstituen diet penting karena nilai energinya yang tinggi dan karena adanya vitamin larut lemak dan asam lemak esensial di dalam lemak makanan alami. Lipid memiliki sifat umum yaitu relatif tidak larut di dalam air (hidrofobik), tetapi larut di dalam pelarut nonpolar, sepertieter , kloroform, serta benzene. Selain sebagai sumber energi yang efisien, lemak juga berfungsi sebagai insulator (isolator) panas di dalam jaringan subkutan dan sekeliling organ tertentu serta sebagai insulator listrik di sepanjang serabut saraf bermyelin. Fungsi yang lain apabila lemak dan protein bergabung menjadi suatu lipoprotein, yaitu sebagai pembentuk penting pada sel, baik di dalam membrane sel maupun mitokondria di dalam sitoplasma. Lipid dengan makna fisiologis penting adalah asam lemak dengan senyawa esternya, bersama kolesterol serta senyawa steroid lain.
Senyawa yang termasuk lipid dibagi menjad beberapa golongan yakni: (1) lipid sederahna, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol; (2) lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang memiliki gugus tambahan; (3) derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid.
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang denagn rumus umum:
                                                               O
R – C – OH
Dimana R adalah rantai karbon yang jenuh atau tidak jenuh dan terdiri atas 4 sampai 24 buah atom karbon.
Lipid bersifat tak larut dalam air sehingga pengangkutannya oleh plasma darah dalam bentuk lipoprotein. Ada empat kelompok utama lipoprotein yaitu: Kilomikron mengangkut lipid yang terbentuk dari pencernaan dan penyerapan. VLDL (very low density lipoprotein) mengangkut triasilgliserol dari hati. LDL (low density lipoprotein) merupakan lipoprotein yang kaya akan kolesterol serta terbentuk dari metabolisme VLDL, dan HDL (high density lipoprotein) juga merupakan lipoprotein yang kaya akan kolesterol tetapi terlibat di dalam pengeluaran kolesterol dari jaringan serta pada metabolisme jenis lipoprotein lain.

2.2. Hiperlipidemia dan faktor yang mempengaruhinya
Hiperlipidemia adalah suatu keadaan patologis akibat kelainan metabolisme lemak darah yang ditandai dengan meningginya kadar kolesterol darah (hiperkolesterolemia), trigliserida (hipertrigliseridemia) atau kombinasi keduanya. Hiperlipidemia yang disebabkan kelainan genetik disebut hiperlipidemia primer. Pada umumnya tidak ada keluhan, kecuali sudah tampak adanya xantoma atau penumpukan lemak di bawah jaringan kulit. Pada hiperlipidemia sekunder terdapat peningkatan kadar lipid darah disebabkan oleh penyakit, misalnya diabetes melitus, gangguan tiroid, penyakit hepar dan ginjal. Penyakit ini sifatnya berulang. Namun kebanyakan hiperlipidemia disebabkan oleh faktor gaya hidup, seperti obesitas, diet kaya lemak, kurang melakukan olah raga, penggunaan alkohol, dan merokok.

2.3. Profil lipid pada hiperlipidemia
Hiperlipidemia mengakibatkan peningkatan kolesterol, adanya sindroma metabolik, peningkatan trigliserida, juga penurunan kadar kolesterol HDL. Kolesterol HDL disebut juga kolesterol baik. Hal ini berkaitan dengan peran HDL dalam cholesterol reverse transport (dari jaringan perifer ke hepar) untuk didaur ulang atau diekskresikan oleh hepar. Selain itu HDL mampu menghambat oksidasi LDL dan membran biologik. Kolesterol HDL mempunyai efek antioksidan yang kuat. Suatu HDL terkait enzim, lecithin-kolesterol acyltransferase, yang membentuk bagian dari HDL, merupakan enzim antioksidan yang kuat yang dapat memblokir oksidasi kolesterol LDL.
LDL memiliki fungsi utama mentranspor kolesterol dari hepar ke jaringan dan memasukkannya ke dalam membran sel. Sehingga LDL merupakan komponen pembentuk kolesterol dinding sel. Kenaikan kadar kolesterol yang terdapat pada LDL berkaitan dengan penyakit aterosklerosis. Meningkatnya jumlah kolesterol LDL serum membebani antioksidan pada endothelium yang sehat dan menyebabkan cedera endotel. Penelitian membuktikan bahwa LDL teroksidasi merupakan prediktor aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular yang lebih baik dibanding LDL kolesterol biasa. LDL yang teroksidasi dapat menjadi sangat berbahaya, karena dapat menjadi efek toksik dan menyebabkan disfungsi sel atau dinding pembuluh darah, yang berkaitan dengan pembentukan aterosklerosis.

2.4.  Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah suatu kelainan inflamasi kronik, dengan karakteristik akumulasi monosit atau makrofag, sel otot polos, dan limfosit di dalam dinding arteri sebagai respons untuk pelepasan molekul proinflamasi. Pembentukan dari plaque aterosklerosis memiliki komplikasi di antaranya:
1. Kalsifikasi, yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kurang lentur dan mudah pecah.
2. Ulserasi pada permukaan plaque, yang dapat menyebabkan kaskade agregasi trombosit yang pada akhirnya dapat membentuk trombus yang akan menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan gangguan aliran darah.
3. Pada pembuluh darah yang besar, bagian dari ateroma yang terlepas dapat menyebabkan emboli pada bagian distal pembuluh darah,
4. Ruptur endotel atau kapiler yang memperdarahi plaque, yang dapat menyebabkan perdarahan didalam plaque, dan
5. Penekanan plaque terhadap tunika media yang dapat meyebabkan terjadinya atropi dan berkurangnya jaringan elastis sehingga dapat mengakibatkan terbentuknya aneurisma.
Sistem imun memiliki peran penting pada pembentukan plaque aterosklerosis dan segala komplikasinya. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya limfosit T jenis CD8+ dan CD4+ pada semua stadium lesi. Mekanisme ini melibatkan stimulasi beberapa antigen yang berhubungan dengan pathogenesis aterosklerosis.
LDL teroksidasi (oxLDL) merupakan antigen yang paling sering dipelajari dalam aterosklerosis. Jumlah LDL teroksidasi yang meningkat dalam serum dibawa oleh makrofag dan sel otot polos. Hal ini kemudian menimbulkan akumulasi LDL teroksidasi di dalam plaque aterosklerosis.

2.5. Antioksidan
Antioksidan secara umum didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi autooksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid ( Kochhar dan Rossell, 1990). Cuppert (1997) dan Disitir Widjaya (2003) menyatakan bahwa antioksidan sebagai senyawa secara nyata dapat memperlambat oksidasi, walaupun dengan konsentrasi yang lebih rendah sekalipun dibandingkan dengan substrat yang dapat dioksidasi. Berdasarkan fungsinya antioksidan dapat digolongkan sebagai berikut:
1.      Antioksidan primer
Antioksidan primer adalah senyawa yang dapat menghentikan reaksi berantai pembentukan radikal. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida. Zat-zat ini dapat berasal dari alam maupun buatan. Antioksidan alam antara lain : tokoferol, lesitin,sesamol, fosfasida, dan asam askrobat. Antioksidan buatan adalah senyawa-senyawa fenol,misalnya : butylated hidroxytoluene (BHT).

2.      Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder adalah suatu senyawa yang dapat mencegah kerja prooksidan yaitu faktor-faktor yang mempercepat terjadinya reaksi oksidasi. Antioksidan ini memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,1990).
Ross mengungkapkan bahwa antioksidan dapat mengurangi formasi radikal bebas oleh LDL teroksidasi. Antioksidan ini mempunyai peran penting dalam menghambat reaksi kimia oksidasi, yang dapat merusak makromolekul.
Mekanisme antioksidan dalam menghambat oksidasi atau menghentikan reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak yang teroksidasi, dapat disebabkan oleh 4 (empat) macam mekanisme reaksi yaitu :
1. pelepasan hidrogen dari antioksidan.
2. Pelepasan elektron dari antioksidan
3. Addisi asam lemak ke cincin aromatik pada antioksidan
4. Pembentukan senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari antioksidan
Prinsip kerja antioksidan dalam menghambat otooksidan pada lemak dapat dilihat sebagai berikut :
Oksigen bebas di udara akan mengoksidaksi ikatan rangkap pada asam lemak yang tidak jenuh. Kemudian radikal bebas yang terbentuk akan bereaksi dengan oksigen sehingga akan menghasilkan peroksida aktif.
RH                   +                      O2                   R*       +          OOH
Asam lemak tidak jenuh          Oksigen           Radikal bebas
R*                    +                      O2                   ROO
Radikal bebas                          oksigen            Peroksida aktif
Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi  maupun propagasi. Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain untuk membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990).
Inisiasi :           R*       +         AH                 RH      +          A*
Radikal bebas              antioksidan
     Propagasi :       ROO* +         AH                  ROOH            +          A*

2.6.  Alfa mangostin (α-Mangostin)
Xanton adalah salah satu jenis zat warna pada manggis yang berasal dari kulit buah manggis. Senyawa Xanthone yang terkandung di dalam kulit buah manggis meliputi mangostin, mangostenol, mangostinon A, mangostenon B, trapezifolixanthone, tovophyllin B, alfa mangostin, beta mangostin, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin, dan gartanin. Senyawa tersebut sangat bermanfaat untuk kesehatan. Senyawa Xanthone tersebut hanya dihasilkan dari genus Garcinia.
Hasil penelitian melaporkan bahwa alfa mangostin (1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis (3metil-2-butenil)-9H-xanten-9-on) hasil isolasi dari kulit buah manggis mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. Dari hasil studi farmakologi dan biokimia dapat diketahui bahwa alfa mangostin secara kompetitif menghambat tidak hanya reseptor histamin H, mediator kontraksi otot lunak tetapi juga epiramin yang membangun tempat reseptor H1 pada sel otot lunak secara utuh.
Mangostin merupakan tipe baru dari histamin. Toksisitas pemberian ekstrak daun muda terhadap mencit bunting dengan dosis 500, 1000, dan 1500 mg/kg BB menunjukkan efek pada fetus berupa penurunan berat badan, terjadinya perdarahan pada fetus, dan adanya perubahan jaringan hati fetus seperti nekrosis pada sel hepar, tetapi tidak terjadi kelainan perkembangan dan aborsi. Ekstrak daun manggis dengan berbagai dosis dapat mengurangi jumlah sel spermatid, terjadi penambahan jumlah spermatozoa abnormal, dan lambatnya gerak maju spermatozoa mencit.
Ekstrak kulit buah yang larut dalam petroleum eter ditemukan dua senyawa alkaloid. Kulit kayu, kulit buah, dan lateks kering Garcinia mangostana mengandung sejumlah zat warna kuning yang berasal dari dua metabolit yaitu alfa-mangostin dan mangostin yang berhasil diisolasi. Mangostin merupakan komponen utama sedangkan mangostin merupakan konstituen minor. Ditemukan metabolit baru yaitu 1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-di (3-metil-2butenil) xanton yang diberi nama a-mangostanin dari kulit buah Garcinia mangostana.
Adapun stuktur dari α-mangostin ditunjukkan pada gambar di bawah ini,

2.7.  Manggis
     Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah sejenis pohon hijau abadi dari daerah tropika yang diyakini berasal dari Kepulauan Nusantara. Secara fisik, pohon manggis mampu tumbuh mencapai 7 hingga 25 meter. Bentuknya khas dengan kulit berwarna merah keunguan ketika matang, meski ada juga varian yang kulitnya berwarna merah.
Manggis berkerabat dengan kokam, asam kandis, dan asam gelugur, rempah bumbu dapur dari tradisi boga India dan Sumatera
Buah ini merupakan spesies terbaik dari genus Garcinia. Manggis termasuk buah eksotik yang sangat digemari konsumen, baik didalam maupun luar negeri, karena rasanya lezat, bentuk buah yang indah, dan tekstur daging buah yang putih halus. Tidak heran, manggis mendapat julukan Queen of Tropical Fruits (ratunya buah-buah tropis).
Pada umumnya masyarakat memanfaatkan tanaman manggis karena buahnya yang menyegarkan dan mengandung gula sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 gram meliputi 79,2 gram air, 0,5 gram protein, 19,8 gram karbohidrat, 0,3 gram serat, 11 mg kalsium, 17 mg fosfor, 0,9 mg besi, 14 IU vitamin A, 66 mg vitamin C, vitamin B (tiamin) 0,09 mg, vitamin B2 (riboflavin) 0,06 mg, dan vitamin B5 (niasin) 0,1 mg. Kebanyakan buah manggis dikonsumsi dalam keadaan segar, karena olahan awetannya kurang digemari oleh masyarakat.
Selain buah, kulit buah manggis juga dimanfaatkan sebagai pewarna alami dan bahan baku obat-obatan. Kulit buah manggis diketahui mempunyai daya antimikroba terhadap beberapa jenis bakteri. Di luar negeri kulit buah manggis sudah dibuat kapsul yang digunakan untuk suplemen diet, antioksidan, dan antikanker.
Hasil penelitian menunjukkan, ekstrak kulit manggis mempunyai aktivitas melawan sel kanker meliputi breast, liver, dan leukemia. Selain itu, juga digunakan untuk antihistamin, antiimpflamasi, menekan sistem saraf pusat, dan tekanan darah, serta antiperadangan. Kulit buah juga mengandung antosianin seperti cyanidin-3-sophoroside, dan cyanidin-3-glucoside.













BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


3.1. Bahan, hewan, dan alat
            3.1.1. Bahan
                        Bahan yang digunakan sebagai berikut:
a)      Senyawa α-mangostin
b)      Pulvis gumni arabicum
c)      Air suling
d)     Makanan standar mencit
e)      Makanan diet lemak tinggi yang merupakan campuran lemak sapi dan minyak kelapa (1:5)
f)       Larutan pereaksi kolesterol dari DIASYS
Terdiri darai:              
1.      Good buffer pH 6-7          50 mmol/l
2.      Fenol                                 5 mmol/l
3.      4-aminoantipirin                0,3 mmol/l
4.      Kolesterol esterase                        200 U/l
5.      Kolesterol oksidase           50 U/l
6.      Peroksidase                       3 U/l
7.      Standar                              200 mg/dl (2,3 mmol/l)
g)      Reagen pereaksi trigliserida dari DIASYS
Terdiri dari:
1.      Good’s buffer pH 7,2                   50 mmol/l
2.      4-Chlorophenol                             4 mmol/l
3.      ATP                                               2 mmol/l
4.      Mg2+                                             15 mmol/l
5.      Glycerokinase                                ≥0,4 kU/l
6.      Perokidase                                     ≥2 kU/l
7.      Lipoprotein Lipase                        ≥2 kU/l
8.      4-Aminoantipyrin                          ≥0,5 kU/l
9.      Glycerol-3-phospate-oxidase        ≥0,5 mmol/l
10.  Standar                                          200 mg/dl (2,3 mmol/l)
h)      Larutan pengendap koleserol
Terdiri dari:
1.      Phorphotongistic acid       0,55 mmol/l
2.      Magnesium Chloride         25 mmol/l
3.      Standar                              200 mg/dl

3.1.2 Hewan
          Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih jantan galur DDY Japan dengan berat 20-3- gram dan berumur 2-3 bulan sebanyak 24 ekor.

3.1.3 Alat
          Alat yang digunakan sebagai berikut:
1.      Timbangan analitik
2.      Timbangan hewan
3.      Wadah hewan
4.      Tabung sentrifuge
5.      Sentrifuge (Hettich EBA 20)
6.      Pipet mikro (Biohit)
7.      Pipet tetes
8.      Vortex (Fisons)
9.      Gelas ukur
10.  Jarum oral
11.  Lumpang dan alu
12.  Silet
13.  Tissue
14.  Vial
15.  Kaca arloji
16.  Spektrofotometer UV-Vis
3.2. Persiapan hewan percobaan
Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 6 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda. Sebelum penelitian dilakukan mencit diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan pada lingkungan percobaa. Dan diberi makanan standar. Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak lebih dari 10 % serta memperlihatkn perilaku normal.

3.3. Perencanaan dosis
Dosis pemberian senyawa mangostin yang direncanakan adalah 30, 100, dan 300 mg/kgBB

3.4. Pembuatan sediaan uji
            Konsentrasi sediaan uji dibuat dan dihitung dengan rumus :
                                                   Dosis (mg/kgBB) x Berat Badan (kg)
Konsentrasi (mg/ml) =
                                                            Volume pemberian (ml)
Senyawa uji ditimbang berdasarkan konsentrasi masing-masing dosis. Kemudian disuspensikan dengan Pulvis Gumni Arabicum (PGA) 2% dalam air suling.

3.5. Penentuan dosis gemfibrozil
            Dosis gemfibrozil yang biasa dipakai oleh manusia adalah 2 x 600 mg/hari. Dosis pemakaian untuk mencit dapat dihitung dengan mengalihkan dosis pemakaian pada manusia tersebut dengan faktor konversi manusia ke mencit yaitu 0,0026. Sehigga didapat dosis pemakaian untuk mencit dengan berat badan 20 g sebagai berikut:
1200 mg x 0,0026       = 3,12 mg/20 g BB
                                                            = 0,156 mg/g BB
                                                            = 156 mg/kgBB

3.6. Perlakuan hewan percobaan
Hewan percobaan dibagi dalam 6 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 ekor. Masing-masing kelompok diperlakukan sebagai berikut: kelompo I (kontrol negatif) diberikan suspensi PGA 2 % B, Kelompok II (kontrol positif) diberikan Makanan Diet Lemaka Tinggi (MDLT) 2 % BB, Kelopmok III (pembanding) diinduksi dengan MDLT 2 % BB + gemfibrozil dosis 156 mg/kg BB, kelompok IV, V, dan VI diberikan MDLT 2 % BB + sediaan uji dosis 30, 100, dan 300 mg/kg BB.
Sebelum diberi suspensi sediaan uji, mencit diberi Makanan Diet Lemak Tinggi (MDLT) yang terdiri dari campuran lemak sapi dan minyak (1:5) kecuali kontrol negatif. Cara pembuatannya: timbang lemak sesuai dengan yang dibutuhkan kemudian campurkan dengan minyak dengan bantuan pemanasan.
MDLT diberikan secara oral sebanyak 2 % BB selama 7 hari untuk menngkatkan kadar kolesterol. Kemudian selama 7 hari mencit diberi MDLT 2 % BB dan sediaan uji dengan tiga variasi dosis yaitu 30, 100, dan 300 mg/kg BB dengaan VAO 1 % BB, kelompok pembanding diberikan MDLT 2 % BB dan gemfibrozil dosis 156 mg/kg BB dengan VAO 1 % BB, dan kelompok kontrol positif hanya diberi MDLT saja.

3.7. Pengukuran kadar koleserol
Setelah perlakuan pada mencit selama 7 hari, pengukuran kadar kolesterol total dilakukan pada hari ke 8 untuk setiap mencit pada masing-masing kelompok. Darah mencit diambil dengan memotong pembuluh darah leher mencit dan ditampung dengan tabung sentrifuge. Darah didiamkan selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
Serum darah dipipet dengan pipet mikro sebanyak 0,01 ml dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol sebnayak 1 ml lalu dicampur dengan menggunakan vortex. Dan dibiarkna sellama 20 menit pada suhu kamar. Ukur serapan pada panjang gelombnag 500 nm terhadap blanko. Sebagai blanko digunakan pereaksi kolesterol 1 ml dan aquadest 0,01 ml.
Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran serapan kolesterol total, tetapi serum darah diganti dengan standar kolesterol.
Kadar kolesterol total dihitung dengan rumus sebagai berikut:
                         A Sampel
            C =                              x C st
                        A Standar
Dimana : C = kadar kolesterol (mg/dl)
               A = serapan
               Cst = kadar kolesterol standar (200 mg/dl)

3.8. Pengukuran kadar trigliserida
     Pada hari ke-8 drah hewan diambil dengan cara memotong pembuluh darah didaerah leher. Darah ditampung dengan tabung reaksi. Lalu diamkan selama 20 menit. Setelah itu darah disentrifuge selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm kemudian serumnya dipisahkan untuk pengukuran kadar trigliseridanya.
Caranya:
Serum dipipet sebanyak 10 µl dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan larutan pereaksi trigliserida sebnayak 1000 µl lalu campur larutan dengan baik menggunakan vortex. Kemudian biarkan 20 menit pada suhu kamar dan ukur serapan pada panjang gelombnag 500 nm terhadap blanko. Pengukuran serapan standar dilakukan dengan cara yang sama dengan pengukuran serapan sampel.
Kadar trigliserida dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
                        A Sampel
            C =                              x C st
                        A Standar


            Dimana :          C = kadar trigliserida(mg/dl)
                                    A = serapan
                                    Cst = kadar trigliserida standar (200 mg/dl)

3.9. Pengukuran kadar HDL dan LDL darah mencit putih jantan
     Pengukuran kadar HDL dilakukan pada hari ke 15. Darah diambil dengan cara memotong pembluh darah leher mencit dan ditampung dengan tabung sentrifuge sebanyak ± 2 ml. Darah didiamkan selama 15 menit, kemudian sentrifuge selama 20 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Bagian cairan jernh (serum) dari darah digunakan untuk pengaturan kadar kolesterol HDL dengan cara:
  1. Pengukuran kadar kolesterol HDL dengan cara:
Pipet serum sebanyak 0,02 ml lalu ditambahkan 0,5 ml larutan pengendap, dokocok, dibiarkan 10 menit pada suhu kamar dan disentrifuge selama 20 menit dengan kecepatan 4500 rpm. Diambil 0,01 supernatan, dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan pereaksi kolesterol sebanyak 1 ml, dihomogenkan dengan vortex lalu dibiarkan 20 menit pada suhu kamar dan diukur serapan pada panjang gelombang 500 nm. Hasil serapan yang diperoleh dihitung dengan menggunakan rumus:
A Sampel
            C =                              x C standar (200 mg/dl)
                        A Standar
            Dimana :          C = kadar kolesterol HDL (mg/dl)
                                    A = serapan
           
  1. Pengukuran kadar kolesterol LDL
Untuk mengukur kadar kolesterol LDL dihitung dengan rumus (Artiss, et al, 1997):
                                                            Trigliserida
LDL (mg/dl) = kolesterol total -                                 - HDL
                                                                   5
3.10. Penentuan (LD – 50) senyawa α-mangostin (Thomson 1985)
            Untuk penentuan LD – 50 hewan dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Hewan-hewan dalam tiap kelompok diinjeksikan sediaan uji secara oral. Masing-masinh menerima satu peringkat dosis, dosis yang digunakan diperoleh dari hasil pemeriksaa pendahuluan yang menyebabkan kematian hewan terkecil dan dosis yang menyebabkan kematian hewan 100 %, yaitu dosis 1000 mg/kgBB, 3000 mg/kgBB, 9000 mg/kgBB, dan 15000 mg/kgBB. Pegamatan jumlah hewan yang mati dan jangka selang waktu 24 jam dicatat dan penyebab kelemahan hewan dianalisa.

3.11. Evaluasi data hasil penelitian
            Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan Statistik Analisa Varian (ANOVA) satu arah berdasarkan rancangan acak kelompok dan dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan.
















BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL darah mencit pada penelitian ini dilakukan dengan metoda enzimatis menggunakan alat spektrofotometer. Reaksi yang terjadi yaitu: enzim koleserol eterase akan menghidrolisis kolesterol ester menjadi kolesterol bebas dan asam lemak. Enzim kolesterol oksidase akan mengoksidasi kolesterol bebas menjadi kolestenon dan hidrogen peroksida. Selanjutnya hidrogen peroksida akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin dan fenol membentuk komleks quinoneimine yang berwarna merah. Warna yang terbentuk diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 500 nm. Reaksi yang terjadi pada penetapan kadar trigliserida adalah dengan terbentuknya senyawa kompleks 4-(p-benzokinin-monoimino)-fenazon yang berwarna kuning kecoklatan, yang kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 500 nm. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut: Trigliserida dengan adanya enzim lipoprotein lipase akan dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol dengan adanya adenosin trifosfat (ATP) oleh enzim gliserol kinase dirubah menjadi gliserol-3-fosfat dioksidasi oleh enzim gliserol phospat oksidase menjadi dihidroksiasetonphosphat dan hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 4-aminofenazon dan 4-klorofenol membentuk senyawa 4-(p-benzokinin-monimino)-fenazon yang berwarna kuning kecoklatan.
Sebelum perlaukan mencit diklimatisasi terlebih dahulu selama 7 hari untuk penyesuaian terhadap lingkungan. Mencit diberi MDLT yaitu campuran minyak sawit dengan lemak sapi dengan perbandinhan 1:5 selama 7 hari yang bertujuan untuk mengoptimalkan kadar kolesterol darah mencit. Lemak sapi mengandung lemak jenuh sterol yang kaya akan kandungan kolesterol sedangkan minyak sawit mengandung trigliserida. Trigliserida yang masuk dari makanan diemulsikan oleh asam empedu terlebih dahulu baru kemudian diserap oleh usus halus. Di pankreas terdapat dua enzim yaitu enzim lipase dan fosfolipase A2. Enzim lipase menghidrolisis trigliserida menjadi 1,2-digliserida dan 2-gliserida, sedangkan enzim fosfolipase A2 menghidrolisi fosfolipid menjadi asam lemak dan lysofosfolipid.
Semua produk yang dihsilkan dipindahkan ke sel epitelial usus dimana di tempat ini trigliserida disintesis kembali. Trigliserida ini bersama dengan protein, fosfolipid, dan kolesterol ester bergabung membentuk kilomikron. Trigliserida yang terdapat dalam kilomikron ini akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase menjadi asam lemak dan gliserol dimana asam lemak akan memasuki sel-sel jaringan, sebagian lagi akan diubah menjadi energi dan sebagian lagi akan dioksidasi menjadi asetil-CoA yang merupakan prekusor pembentuk kolesterol. Mekanisme peningkatan kolesterol dan trigliserida dari makanan diet lemak jenuh (MDLT) ini belum diketahui secar pasti tetapi diperkirakan bahwa lemak jenuh dapat menyebabkan peningkatan pembentukan partikel VLDL yang berukuran kecil serta mengandung kolesterol yang relatif banyak. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang didapatkan dimana mencit yang diberi MDLT meningkat kadar kolesterol, trigliserida, dan LDLnya dibandingkan mencit yang hanya diberi makanan standar saja (Tabel I,II,III).
            Hasil penelitian memperlihatkan bahawa efek α-mangostin terhadap penurunan kadar kolesterol total darah rata-rata mencit kelompok dosis 30, 100, dan 300 mg/kg BB menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan, yang dibuktikan dengan data persentase efek penurunan kadar kolesterol total darah rata-rata mencit putih jantan dengan 3 variasi dosis α-mangostin dan pembanding GFB dosis 156 mg/kg BB, setelah diinduksi dengan MDLT 2 % BB terhadap kontrol (+) (Tabel IV).
            Pengaruh senyawa α-mangostin terhadap kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL darah mencit putih jantan ini diduga senyawa ini dapat meningkatkan aktifitas enzim lipoprotein lipase yang akan meningkatkan katabolisme VLDL. VLDL adalah lipoprotein berdensitas sangat rendah yang terdiri dari 60 % trigliserida dan 10-15 % kolesterol. Denagn adanya enzim lipoprotein lipase, VLDL yang kaya trigliserida ini akan mengalami hidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Hasil samping dari penguraian ini berupa kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein yang akan dipindahkan ke HDL. Akibatnya kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL akan menurun dan kadar HDL akan meningkat. Kolesterol bentuk HDL akan dibawa ke hati dan kemudian diubah menjadi asam empedu yang selanjutnya akan dikeluarkan melalui feses. Dengan demikian akan terjadi penurunan kadar kolesterol total darah mencit. Untuk menjamin keamanan penggunaan α-mangostin, maka dilakukan penentuan harga dosis letal 50 terhadap mencit putih jantan. Pemberian α-mangostin dengan dosis 1, 3, dan 10 g/kgBB pada hewan percobaan terlihat tidak menyebabkan kematian hewan percobaan dalam waktu 24 jam, dengan demikian penentuan Dosis Letal 50 ini tidak dilanjutkan lagi dengan dosis yang lebih tinggi, karena sampai dosis 10 g/kg BB idak satupun hewan percobaan yang mati dalam 24 jam. Berarti α-mangostin dapat dikategorikan sebagai obat yang relatif aman.
            Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa senyawa α-mangostin dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL pada darah mencit, sehingga dapat digunakan sebagai fitofarmaka anti aterosklerosis yang sangat aman karena tidak toksik.










BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan
            Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian senyawa α-mangostin pada dosis 30, 100, dan 300 mg/kg BB dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL serta meningkatkan kadar HDL darah mencit putih jantan secara sangat bermakna (p<0,01). Pemberian α-mangostin dengan dosis 10 g/kg BB tidak menyebabkan kematian pada hewan percobaan dalam waktu 24 jam setelah senyawa diberikan, sehingga senyawa ini dapat dikatakan aman.
5.2. Saran
            Agar senyawa α-mangostin ini bisa digunakan sebagai obat anti aterosklerosis maka disarankan peda peneliti selanjutnya untuk meakukan uji klinik dan uji toksisitas akut, subkronis, dan kronis dari senyawa α-mangostin.











DAFTAR PUSTAKA

Brown, M., S., and Goldstein, J., L., “Druds Used in The Treatment of Hyperpoliproteinemias” in GOODmoan, L. S., and A. Gilman, “The Pharmacological Basis o Therapeutics”, 10 th Ed., Mc Graw Hill Medical Publishing Division, New York, 2001.
Dalimartha, Setiawan dr, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 3, Puspa Swara, Anggota IKAPI, Jakarta, 2003.
Ganiswara, G. S., Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, 1995.
Kaplan, A., Clinical Chemistry Interpretation and Techniques, Lea and Febringer, Phyladelpia, 1979.
Murray, R. K., Granner, P. A. Mayes and V. W. Rodwell, Biokimia Harper, Edisi ke-24, diterjemahkan oleh A. Hartono, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.
Rivai, Erizal, “Pengembangan Fitofarmaka Sebagai Salah Satu Komoditas Agromedisin untuk Pengobatan Alternatif”, Disampaikan pada Seminar Ilmiah Nasional dalam Kegiatan Musyawarah Ilmiah Nasional IX dan Pekan Ilmiah Nasional VIII – ISMAFARMASI, Padang 9 September 2002, Universitas Andalas, Padang, 2002.
Sedianto, W. D., “Profil Obat Tradisional Indonesian dan Arah Pengembangan Untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat”, Proceding Simposium Penelitian Tumbuhan Obat X dan Jamu, Jakarta, 1986.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ke-2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987.
Thompson, E. B., Drug Bioscreening : Fundamental of Drug Evaluation Techniques in Pharmacology, Craseway Publishing Company, New York, 1985.




















0 komentar:

Posting Komentar